.: Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh :: Selamat Datang webblog Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sindurejan :.

Sabtu, 03 Agustus 2013

ZAKAT FITHRI DAN ZAKAT MAAL


Oleh; Asep Shalahudin, S.Ag,.M.Pd.I.

Zakat termasuk kategori ibadah yang telah ditentukan berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits, dan secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu Zakat Fithri dan Zakat Maal.

I.   ZAKAT FITHRI

A.       Pengertian Zakat Fithri
زَكَاةُ الْفِطْرِ: صَدَقَةٌ مَعْلُوْمَةٌ بِمِقْدَارٍ مَعْلُوْمٍ، مِنْ شَحْصٍ مَخْصُوْصٍ، بِشُرُوْطٍ
مَخْصُوْصَةٍ،  عَنْ طَائِفَةٍ مَخْصُوْصَةٍ  لِطَائِفَةٍ مَخْصُوْصَةٍ،  تَجِبُ بِاْلفِطْرِ
مِنْ رَمَضَانَ، طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَفَثِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ
Zakat Fithri adalah shadakah yang diketahui dengan kadar tertentu pula,  dari seorang yang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu, dari golongan teretantu untuk golongan tertentu yang wajib dikeluarkan sebab adanya buka di bulan Ramadlan, sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari lagw dan rafats dan sebagai bekal bagi orang-orang miskin.

B.       Hukum Zakat Fithri

1- عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ الْمُسْلِمِينَ (البخارى:الزكاة: صدقة الفطر على العبد وغيره من المسلمين)
Artinya:Diriwayatkan dari Ibnu Umar. Rasulullah saw telah mewajibkan zakat Fithri satu sha' (2,5 kg) dari kurma atau gandum atas setiap orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan dari seluruh kaum muslimin (HR al-Bukhari: Kitab: az-Zakat, Bab: Shadaqah al-Fithri 'ala al-"abd wa ghaorihi min al-Muslimin)
 2- عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ الْمُسْلِمِينَ (مسلم:الزكاة:زكاة الفطر على المسلمين من التمر والشعير)
Artinya:Diriwayatkan dari Ibnu Umar. Rasulullah saw telah mewajibkan zakat Fithri satu sha' (2,5 kg) dari kurma atau gandum atas setiap orang budak dan merdeka, laki-laki dan perempuan, dari seluruh kaum muslimin (HR al-Bukhari, Kitab; az-Zaat, Bab: Zakat al-Fithri 'ala al-Muslimin min at-Tamr wa asy-Sya'ir))


Penjelasan:
  1. Setiap muslim wajib membayar zakat fithri untuk dirinya sendiri dan untuk orang yang nafkah hidupnya  menjadi tanggungannya.
  2. Setiap muslim (laki-laki atau perempuan, anak kecil atau besar, merdeka atau budak) dikeluarkan zakat fihtrinya.
  3. Zakat fithri yang wajib dibayarkan adalah satu sha’ (2,5 kg).

C.   Fungsi (Hikmah) dan Waktu Pembayaran Zakat Fihri

  1. Dua macam hikmah zakat fithri yaitu; menyucikan kekhilafan orang yang berpuasa dan memberi makan kepada orang-orang miskin.
2. Waktu membayar Zakat  fithri  mulai saat terbenam matahari akhir Ramadhan sampai menjelang imam/khatib memulai shalat ‘Ied. Hal ini berkaitan  dengan orang yang lahir,   meninggal dunia  dan  orang  yang masuk  Islam. Apakah hal itu terjadi sebelum atau sesudah terbenam matahari.
3.  Waktu pembayaran yang lebih utama adalah waktu shubuh pada hari Raya sampai sebelum shalat ‘ied. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Ibnu Umar.
قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ (البخارى:الزكاة:فرض صدقة الفطر)
Artinya:Diriwayatkan dari Ibnu Umar. Rasulullah saw telah mewajibkan zakat Fithri satu  sha' (2,5 kg) dari kurma atau gandum atas setiap orang budak dan merdeka, laki-laki dan perempuan, anak kecil dan orang tuadari seluruh kaum muslimin. Dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat." (HR al-Bukhari, Kitab; az-Zakat, Bab: Fardhu shadaqah al-Fithri)

4.  Waktu yang tidak dibolehkan membayar zakat fithri adalah setelah shalat ‘ied

D. Siapakah yang Berhak Menerima
Berdasarkan hadis Ibnu Umar menjelaskan bahwa Nabi hanya menentukan jumlah yang dibayarkan saja (1 sha’) dan tidak  menentukan jumlah yang akan diterima oleh si mustahik. Sedang hadis Ibnu Abbas di atas menjelaskan bahwa yang berhak menerima zakat fithri adalah orang-orang miskin. Oleh karena itu, zakat fithri  boleh dibayarkan kepada beberapa orang fakir atau  satu orang miskin. Bagi orang fakir atau miskin yang telah mendapatkan bagian zakat fithri dari pihak lain boleh membayarkannya sebagai zakat bagi dirinya atau salah satu anggota keluarganya.

II. ZAKAT MAAL

A. Pengertian Zakat dan Maal
           Kata zakat secara etimologi berasal dari kata zakaa artinya tumbuh dengan subur. Dalam kitab-kitab hukum Islam zakat berarti suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Apabila pengertian ini dihubungkan dengan harta yang dizakati, maka harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan si muzakki).
Sedang  menurut istilah zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nishab, haul dan kadarnya.
Adapun Maal menurut syara' adalah segala yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaannya (Pedoman Zakat Praktis)
B. Macam-macam Harta yang Wajib Dizakati
          Adapun harta-harta yang wajib dizakati adalah sebagai berikut:
  1. Emas dan perak (nuqud)
  1. Harta dagangan
  1. Tanam-tanaman (zuru’)
  2. Buah-buahan (tsimar)
  3. Binatang ternak
C. Syarat-syarat dalam Wajib Zakat
     Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dimiliki oleh seseorang, yaitu;
  1. Pemilikan yang pasti (kekuasaan pemanfaatan atau menikmati hasilnya).
  2. Berkembang (bertambah karena ikhtiar dan usaha manusia)
  3. Melebihi kebutuhan pokok ( melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk hidup yang wajar)
  4. Bersih dari hutang (baik hutang kepada Allah maupun kepada sesama manusia)
  5. Mencapai nisab (mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan zakatnya)
  6. Mencapai haul (mencapai waktu tertentu biasanya dua belas bulan atau setiap kali setelah panen/menuai)
(Pedoman Zakat Praktis)
D. Tujuan Zakat
1.  Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.
2.  Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan miskin.
3.  Sebagai sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan.
4.  Menghilangkan sifat kikir dan tamak si pemilik harta.
5.  Membersihkan sifat dengki dan iri hati orang-orang miskin.

6.  Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh Ibnu Sabil, Mu’allaf,  Gharimindan mustahik lainnya.

1.  Mengangkat  derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.
E. Orang-orang yang Berhak  Menerima Zakat
            Berdasarkan pada surat at-Taubah ayat 60, maka orang-orang yang berhak menerima zakat itu  terdiri dari delapan golongan.
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ  لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ  وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا  وَالْمُؤَلَّفَةِ  قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (60) (التوبة:60)
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) bidak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."(QS at-Taubah:9:60)
     Adapun delapan Asnaf (golongan) yang berhak menerima Zakat adalah:
1.    Golongan Fakir
2.    Golongan Miskin
3.    Amil Zakat
4.    Orang Mu’allaf
5.    Untuk Memerdekakan Budak
6.    Orang yang terbebani hutang
7.    Fi Sabilillah (di jalan Allah)
8.    Ibnu Sabil

F. Orang yang Tidak Boleh Menerima Zakat
Disamping delapan golongan yang berhak menerima zakat ada pula beberapa orang/golongan yang tidak berhak menerima zakat, yaitu;
1) orang kafir atau atheis
2) Bani Hasyim
3) Bapak ibu dari simuzakki, dan
4) istri/suami dari simuzakki

G. Beberapa Catatan dalam Pembagian Zakat
  1. Diperlukan adanya koordinasi pengelolaan zakat (baik zakat Fithri maupun zakat mal). Hal ini dimaksudkan agar pembagian zakat benar-benar dapat mengenai sasaran.
  2. Membayarkan zakat hendaklah dengan niat yang ikhlas.
  3. Dalam pembagian zakat tidak harus merata dibagikan kepada delaan asnaf (bagian) . Sesuai dengan semangat hadis Nabi, maka fakir miskin memperoleh prioritas utama. Dan untuk menentukan siapa di antara delapan asnaf tersebut yang pantas mendapat prioritas utama, maka diperlukan adanya kesepakatam antara Amil Zakat atau Panitia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar